METODE PEMIKIRAN – PEMIKIRAN ARISTOTELES
Aristoteles dalam hal filsafat, baik
di Barat maupun di Timur, sudah bukan nama yang asing. Dialah peletak dasar
teori-teori pengetahuan ilmiah yang sistematis, penemu logika, pakar metafisika
dan pemikir politik dan etika. Pemikiran Aristoteles benar-benar kosmopolit;
melingkupi hampir segala macam disiplin ilmu pengetahuan. Maka tidak heran
kalau pengaruhnya terhadap para filosof dan ilmuwan berikutnya begitu besar
bahkan lebih besar dari pengaruh guru besarnya sendiri: Plato
Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan baru. Kedua metode itu adalah metode induktif dan deduktif. Induksi ialah cara mencari kesimpulan yang bersifat umum dari hal – hal yang khusus. Sedangkan deduksi adalah cara mencari kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tidak diragukan yang bertolak dari sifat umum ke khusus.
Aristoteles tidak pernah menggunakan logika, untuk meneliti berbagai argumentasi yang berasal dari proporsi yang benar secara analisis. Adapun untuk meneliti argumentasi yang bertolak dari proporsi yang diragukan kebenarannya secara dialektika.
Menurut Aristoteles, realitas objek tidak hanya tertangkap dengan pengertian, tetapi juga berdasarkan dengan dasar - dasar metafisika dan logika yang tertinggi, yaitu :
1.
Semua
yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran
kalau didalamnya ada pertentangan. Ini dikenal dengan hukum identika.
2.
Dari
pertanyaan tentang sesuatu, jika yang satu membenarkan dan yang lain
menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum penyangkalan
3.
Antara
dua pertanyaan yang bertentangan menyiyakan meniadakan, tidak akan ada
pertanyaan ketiga. Ini disebut hukum penyingkiran.
Menurut
Aristoteles bahwa saat hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi
juga semua alam takluk padanya. Ini menunjukan bahwa dalam hal mencari
kesimpulan harus mengutamakan yang umum.
Menurut Aristoteles etika merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai hal yang tertinggi bagi kehidupan. Etika dapat mendidik manusia agar mempunyai sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak di tengah antara dua ujung yang paling jauh.
Bagi Aristoteles alam idea bukanlah alam bayangan, hakikatnya segala sesuatu yang tidak terletak pada keadaan bendanya, melainkan pada pengertian keberadaannya. Akan tetapi idea tersebut tidak lepas sama sekali dari keadaan yang nyata.
Menurut Aristoteles filsafat alam adalah cabang dari filsafat yang membahas masalah fenomena alam mengenai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Pada zaman sekarang zaman modern, justru filsafatlah yang dibatasi hanya pada hal - hal abstrak, seperti etika dan metafisika logika yang memegang peran terpenting. Saat ini ilmu filsafat sudah meninggalkan metode empiris pada fenomena alam. Padahal pada zaman Aristoteles, penjelajahan intelektual mencakup segala hal yang membutuhkan sumbangan intelektual.bagi Aristoteles penjelajahan ilmu pengetahuan dapat bersifat praktis empiris, teoritis atau seni puitis.
Menurut Aristoteles, kategori merupakan satu pernyataan yang dapat mengklasifikasikan semua pernyataan lainnya. Kategori pokoknya adalah substansi dan sembilan lainnya disebut sebagai aksidensi. Untuk memahami sesuatu yang ada, maka “ada” itu harus senantiasa diuraikan kedalam sepuluh segi keberadaan yang oleh Aristoteles di sebut sepuluh kategori, yaitu :
1.
Substansi
(substance)
Apakah substansinya?
Substansi ialah pengertian yang menyatakan hakikat keberadaan ada yang tidak terpisahkan
dari ada itu sendiri.
2.
Kuantitas
(Quantity)
Bagaimanakah
kuantitasinya? Kuantitas ialah suatu pengertian yang menyatakan ukuran atau
jumlah.
3.
Kualitas
(Quality)
Bagaimanakah
Kualitasnya? Kualitas ialah suatu pengertian yang menunjukan sifat ada itu.
4.
Hubungan
(Relation)
Relasi atau hubungan?
Relasi atau hubungan ialah suatu pengertian yang menunjukan hubungan suatu ada
dengan ada yang lain.
5.
Tempat
(place)
Dimana tempat ada itu?
Tempat ialah pengertian yang menunjukan letak ada itu di tengah-tengah ada yang
lain.
6.
Waktu
(date, Time)
Waktunya? Waktu ialah
pengertian yang menunjukan kapan atau berapa jumlah waktu ada itu berada.
7.
Posisi
(position, posture)
Posisinya? Posisi ialah
pengertian yang menunjukan bagaimana suatu ada itu berada di tempatnya
8.
Keadaan
(state)
Keadaannya? Keadaan
ialah pngertian yang menunjukan bagaimana keberadaan ada itu di bandingkan
dengan keberadaan yang lain.
9.
Aksi,
Kegiatan (Action, activity)
Aksi? Aksi ialah suatu
pengertian yang menyatakan suatu tindakan atau aktifitas dari ada itu.
10.
Passivitas
(passivity)
Passivitas? Passivitas
ialah suatu pengertian yang menunjukan suatu tindakan yang di tujuka kepada ada
itu sendiri.
Teori
tempat menurut Aristoteles yaitu mencoba mengembangkan teori mengenai ruan
(Topos). Teori tersebut direhabilitir. Salah satu tokoh yang memperkuat teori
Aristoteles, ialah Kenzo Tange yang berasal dari Jepang. Kenzo Tange mengakui
pentingnya aspek yang abadi dari batas arsitektur meskipun
persyaratan-persyaratan yang dibuat manusia berubah. Teori yang mengemukakan
tentang ruang (topos) itu memberikan lima karakteristik ruang di antaranya :
1.
Suatu
tempat adalah yang di kelilingi,
2.
Tempat
itu bukan bagian dari yang mengelilingi,
3.
Tempat
dari benda tak lebih kecil atau besar dari bendanya itu sendiri,
4.
Tempat
itu dapat dipisahkan atau ditinggalkan oleh benda itu, dan
5.
Apakah
tempat itu yang bergerak akhirnya akan berhenti pada suatu tempat, di mana ia
berada.
Comments
Post a Comment