METODE PEMIKIRAN – PEMIKIRAN ARISTOTELES

Aristoteles dalam hal filsafat, baik di Barat maupun di Timur, sudah bukan nama yang asing. Dialah peletak dasar teori-teori pengetahuan ilmiah yang sistematis, penemu logika, pakar metafisika dan pemikir politik dan etika. Pemikiran Aristoteles benar-benar kosmopolit; melingkupi hampir segala macam disiplin ilmu pengetahuan. Maka tidak heran kalau pengaruhnya terhadap para filosof dan ilmuwan berikutnya begitu besar bahkan lebih besar dari pengaruh guru besarnya sendiri: Plato

 Bahkan di dunia Islam sekali pun pengaruh Aristoteles terasa begitu kuat. Banyak filosof Muslim, terutama dari kalangan Paripatetik seperti Ibnu Shina dan Ibnu Rusyd yang terpengaruh dari filsafatnya Aristoteles. Al-Farabi bahkan dikenal sebagai guru kedua (the second master) setelah Aristoteles karena dia yang banyak mengomentari tentang traktat filsafatnya Aristoteles. Meskipun, dan sudah barang tentu, para filsof Muslim juga banyak yang melakukan kritik terhadap beberapa pemikirannya. Seperti filosof Muslim Mulla Shadra,dalam teori Gerak –Transubstansial-nya, yang mengkritik teori geraknya para filosof Muslim sebelumnya yang sangat terpengaruh oleh filsafat alamnya Aristoteles.

 Aristoteles merupakan murid Plato yang dikenal dengan pemikiran – pemikirannya yang berbeda dengan gurunya. Kalau Plato ialah seorang rasionalis yang percaya bahwa segala sesuatu berawal dari rasio. Sedangkan Aristoteles berkeyakinan bahwa, segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan harus menempati suatu wujud tertentu. Wujud ini hakikatnya merupakan pernyataan atau ekspresi dari jiwa. Hanya Tuhanlah hal satu –satunya tanpa wujud.

 Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk mencari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan baru. Kedua metode itu adalah metode induktif dan deduktif. Induksi ialah cara mencari kesimpulan yang bersifat umum dari hal – hal yang khusus. Sedangkan deduksi adalah cara mencari kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tidak diragukan yang bertolak dari sifat umum ke khusus.

 Aristoteles tidak pernah menggunakan logika, untuk meneliti berbagai argumentasi yang berasal dari proporsi yang benar secara analisis. Adapun untuk meneliti argumentasi yang bertolak dari proporsi yang diragukan kebenarannya secara dialektika.

 Menurut Aristoteles, realitas objek tidak hanya tertangkap dengan pengertian, tetapi juga berdasarkan dengan dasar - dasar metafisika dan logika yang tertinggi, yaitu          :

1.      Semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri. Tidak mungkin ada kebenaran kalau didalamnya ada pertentangan. Ini dikenal dengan hukum identika.

2.      Dari pertanyaan tentang sesuatu, jika yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Ini disebut hukum penyangkalan

3.      Antara dua pertanyaan yang bertentangan menyiyakan meniadakan, tidak akan ada pertanyaan ketiga. Ini disebut hukum penyingkiran.

Menurut Aristoteles bahwa saat hukum itu tidak saja berlaku bagi jalan pikiran, tetapi juga semua alam takluk padanya. Ini menunjukan bahwa dalam hal mencari kesimpulan harus mengutamakan yang umum.

 Menurut Aristoteles etika merupakan sarana untuk mencapai kebahagiaan dan sebagai hal yang tertinggi bagi kehidupan. Etika dapat mendidik manusia agar mempunyai sikap yang pantas dalam segala perbuatan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kebaikan terletak di tengah antara dua ujung yang paling jauh.

 Bagi Aristoteles alam idea bukanlah alam bayangan, hakikatnya segala sesuatu yang tidak terletak pada keadaan bendanya, melainkan pada pengertian keberadaannya. Akan tetapi idea tersebut tidak lepas sama sekali dari keadaan yang nyata.

 Menurut Aristoteles filsafat alam adalah cabang dari filsafat yang membahas masalah fenomena alam  mengenai fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan lainnya. Pada zaman sekarang zaman modern, justru filsafatlah yang dibatasi hanya pada hal -  hal abstrak, seperti etika dan metafisika logika yang memegang peran terpenting. Saat ini ilmu filsafat sudah meninggalkan metode empiris pada fenomena alam. Padahal pada zaman Aristoteles, penjelajahan intelektual mencakup segala hal yang membutuhkan sumbangan intelektual.bagi Aristoteles penjelajahan ilmu pengetahuan dapat bersifat praktis empiris, teoritis atau seni puitis.

 Menurut Aristoteles, kategori merupakan satu pernyataan yang dapat mengklasifikasikan semua pernyataan lainnya. Kategori pokoknya adalah substansi dan sembilan lainnya disebut sebagai aksidensi. Untuk memahami sesuatu yang ada, maka “ada” itu harus senantiasa diuraikan kedalam sepuluh segi keberadaan yang oleh Aristoteles di sebut sepuluh kategori, yaitu :

1.      Substansi (substance)

Apakah substansinya? Substansi ialah pengertian yang menyatakan hakikat keberadaan ada yang tidak terpisahkan dari ada itu sendiri.

2.      Kuantitas (Quantity)

Bagaimanakah kuantitasinya? Kuantitas ialah suatu pengertian yang menyatakan ukuran atau jumlah.

3.      Kualitas (Quality)

Bagaimanakah Kualitasnya? Kualitas ialah suatu pengertian yang menunjukan sifat ada itu.

4.      Hubungan (Relation)

Relasi atau hubungan? Relasi atau hubungan ialah suatu pengertian yang menunjukan hubungan suatu ada dengan ada yang lain.

5.      Tempat (place)

Dimana tempat ada itu? Tempat ialah pengertian yang menunjukan letak ada itu di tengah-tengah ada yang lain.

6.      Waktu (date, Time)

Waktunya? Waktu ialah pengertian yang menunjukan kapan atau berapa jumlah waktu ada itu berada.

7.      Posisi (position, posture)

Posisinya? Posisi ialah pengertian yang menunjukan bagaimana suatu ada itu berada di tempatnya

8.      Keadaan (state)

Keadaannya? Keadaan ialah pngertian yang menunjukan bagaimana keberadaan ada itu di bandingkan dengan keberadaan yang lain.

9.      Aksi, Kegiatan (Action, activity)

Aksi? Aksi ialah suatu pengertian yang menyatakan suatu tindakan atau aktifitas dari ada itu.

10.   Passivitas (passivity)

Passivitas? Passivitas ialah suatu pengertian yang menunjukan suatu tindakan yang di tujuka kepada ada itu sendiri.

 

Teori tempat menurut Aristoteles yaitu mencoba mengembangkan teori mengenai ruan (Topos). Teori tersebut direhabilitir. Salah satu tokoh yang memperkuat teori Aristoteles, ialah Kenzo Tange yang berasal dari Jepang. Kenzo Tange mengakui pentingnya aspek yang abadi dari batas arsitektur meskipun persyaratan-persyaratan yang dibuat manusia berubah. Teori yang mengemukakan tentang ruang (topos) itu memberikan lima karakteristik ruang di antaranya :

1.      Suatu tempat adalah yang di kelilingi,

2.      Tempat itu bukan bagian dari yang mengelilingi,

3.      Tempat dari benda tak lebih kecil atau besar dari bendanya itu sendiri,

4.      Tempat itu dapat dipisahkan atau ditinggalkan oleh benda itu, dan

5.      Apakah tempat itu yang bergerak akhirnya akan berhenti pada suatu tempat, di mana ia berada.


Comments

Popular Posts